![]() |
Tulisan ini untukmu. Jika orang lain membacanya, biarlah. Agar mereka tahu tentangmu. |
Halo, November, kita berjumpa lagi. Masih di tempat yang
sama, jarak yang sama, dan waktu yang sama. Dari tulisan ku sebelumnya, aku
rasa kamu tahu kepada siapa aku menulis. Sekarang, izinkanlah aku menuliskan
segala tentang dirimu lagi, apa pun tentangmu dari sudut pandangku. Ini kesimpulan hatiku, tentang dirimu yang kian memikat tapi sangat sulit untuk diikat.
Kisah kita memang singkat, katakan saja sebentar. Tapi tetap saja, hingga saat ini, profil instagram mu tak pernah lelah membuat ku tersenyum. Meski sempat ada fotomu dengan—siapa namanya?—nya. Tenang, hati ini selalu sadar akan posisinya. Secinta apapun aku, sebesar apa kekagumanku, aku takkan pernah berani menghancurkan rasa bahagia yang telah kamu tata. Uhuk.
Kisah kita memang singkat, katakan saja sebentar. Tapi tetap saja, hingga saat ini, profil instagram mu tak pernah lelah membuat ku tersenyum. Meski sempat ada fotomu dengan—siapa namanya?—nya. Tenang, hati ini selalu sadar akan posisinya. Secinta apapun aku, sebesar apa kekagumanku, aku takkan pernah berani menghancurkan rasa bahagia yang telah kamu tata. Uhuk.
November, apa kabar? Ada banyak hal yang telah aku lewati di
kota ini. Aku ingin kamu mendengarnya. Aku ingin mendengar bagaimana kita melewati
hari kita masing-masing, di tempat yang berbeda, hingga kita dapat bertemu kembali. Semoga, ya.
Kamu ingat bagaimana kita bertemu kembali? Saat itu, aku hanya
singgah ke tempat lamaku, tanpa ada keinginan untuk bertemu dengan mu. Sebab
akan lebih baik jika kita tidak bertemu. Untunglah kamu juga tak ingin kita
bertemu. Tapi lagi-lagi Tuhan memiliki cara lain untuk mempertemukan kita. Lucu
ya, saat kita sudah sama-sama menghindar, kita malah dipertemukan di saat yang tak
terduga. Seakan ditakdirkan untuk bertemu saat itu juga, saat kita sama-sama
akan pulang ke tempat kita masing-masing, saat kita sedang dalam proses yang sama: merelakan.
Aku mencapai titik dimana aku selalu membandingkan mereka denganmu. Hal-hal kecil yang mereka lakukan, seperti senyum misalnya, entah mengapa terasa lebih indah jika kamu yang melakukannya. Lucu. Mendeklarasikan status padamu saja belum sempat aku lakukan. Bagaimana bisa sesulit ini aku melupakanmu? Entah, mungkin dari awal aku tak benar-benar serius untuk
mencoba mengikhlaskan kamu. Maaf.
.
.
.
.
Dan
.
.
.
Bersamamu aku temukan rumah. Dan selazimnya rumah tempat untuk kita kembali, aku kira aku akan kembali padamu. Namun, hanya asa yang bisa aku titipkan. Seharusnya waktu itu kita tidak terlalu dekat, agar saat ini kita tidak terlalu jauh.
Kamu lagi, kamu lagi. Sampai kapan, sih, kamu akan ada di sini? Tenggelam di dalam hati? Membicarakanmu tidak akan ada habisnya. Karena di mataku, kamu berbeda. Kamu mempunyai tempatnya sendiri. Ah sudahlah, semua tentangmu membuat aku terlihat tolol.
Kalau begitu, sampai ketemu lagi, November. Aku masih sama, masih mengagumimu. Sudah ya, aku mau berdoa dulu.
Kamu lagi, kamu lagi. Sampai kapan, sih, kamu akan ada di sini? Tenggelam di dalam hati? Membicarakanmu tidak akan ada habisnya. Karena di mataku, kamu berbeda. Kamu mempunyai tempatnya sendiri. Ah sudahlah, semua tentangmu membuat aku terlihat tolol.
Kalau begitu, sampai ketemu lagi, November. Aku masih sama, masih mengagumimu. Sudah ya, aku mau berdoa dulu.
0 komentar:
Posting Komentar