"Remember, it's just a bad day."
Lahir dan tumbuh dalam keluarga yang berantakan merupakan hal yang pastinya tidak diinginkan seorang anak. Sebaliknya, mempunyai keluarga yang utuh adalah mimpi bagi anak. Sangat ironis ketika dia melihat anak lain tangan kiri dan kanannya digandeng oleh kedua orang tuanya, dirinya sendiri hanya digandeng ibunya di sisi kiri dan tangan kanan hanya menggenggam seutas tali yang mengikat sebuah balon, bukan menggenggam tangan superhero pertamanya.
Lahir dan tumbuh dalam keluarga yang berantakan merupakan hal yang pastinya tidak diinginkan seorang anak. Sebaliknya, mempunyai keluarga yang utuh adalah mimpi bagi anak. Sangat ironis ketika dia melihat anak lain tangan kiri dan kanannya digandeng oleh kedua orang tuanya, dirinya sendiri hanya digandeng ibunya di sisi kiri dan tangan kanan hanya menggenggam seutas tali yang mengikat sebuah balon, bukan menggenggam tangan superhero pertamanya.
Ketika takdir sudah berkata lain
kita tidak bisa lari. Karena pada dasarnya kita tidak bisa memilih dimana kita
dilahirkan. Bukan salah kita jika lahir sebagai anak broken home. Bukan dosa
kita jika keluarga yang kita 'rasakan' hancur. Dan pada akhirnya kita
cenderung membandingkan keluarga kita dengan keluarga orang lain yang lebih
harmonis.
Tidak semua anak mengalami hal
‘normal’ seperti yang dialami anak-anak pada umumnya. Punya ayah dan ibu yang
selalu ribut di rumah. Teriakan, cacian, tamparan, suara barang pecah, bahkan
sampai meneriakan kematian, dan berakhir dengan perceraian. Rasanya, mereka
sama sekali tidak mempedulikan perasaan kita. Kita mencintai mereka berdua dan
kita tak bisa memilih diantara mereka. Tentu akan ada orang lain yang berusaha menabahkan diri kita
dengan berkata, “Yang sabar ya. Waktu pasti akan membuatmu lupa dengan segalanya”.
Namun, kenyataannya perasaan pahit dan memori-memori sialan itu terus
menghantui.
Lahir dan tumbuh dari keluarga
broken home bukan berarti buta kasih sayang, nakal, dan juga selalu
keras. Memang, broken home sering diidentikan dengan hal-hal yang berbau
negatif, tetapi broken home nggak semuanya jelek. Sebaliknya, anak-anak broken
home justru memahami apa yang nggak dipahami anak-anak normal pada umumnya. Seperti berikut ini.
1. Kami memahami rasa sakit itu
Orang-orang yang
tumbuh dalam keluarga broken home menjadi seorang yang begitu sensitif dan
paham dengan perasaan orang lain. Namun, dalam beberapa kasus, ketika mereka
sedang sedih akan ada orang yang datang menghibur dan mengatakan, “Aku mengerti
perasaanmu.” Itu adalah kata-kata ternaif yang kalian katakan apabila kalian
belum pernah mengalaminya secara langsung. Tidak peduli sebaik apapun kalian
membayangkannya, ‘perasaan’ yang kalian katakan itu tidak akan sama seperti
‘perasaan’ yang dirasakan mereka yang mengalaminya.
Pertengkaran yang
diluar batas, tamparan, bantingan pintu, dan barang-barang yang dilempar,
bahkan gue pernah diasingkan ke rumah tetangga demi menjauh dari orang tua gue
yang sedang bertengkar, dan itu terjadi bukan hanya sekali. Setiap malam kami terbangun karena teriakan kedua orang tua kami yang sedang bertengkar. Apakah kalian bisa
bayangkan seorang anak tumbuh dalam keluarga seperti itu? Hanya orang-orang
yang mengalaminya langsung yang akan memahami hal tersebut, dan orang tersebut
biasanya mampu menjadi sandaran bagi orang lain yang bernasib sama dengannya,
atau dia bersandar pada dirinya sendiri.
2. Kami berusaha menutupi rasa sakit tersebut
3. Kami terkadang sulit mengekspresikan emosi
4. Kami suka menyalahkan diri sendiri
Sadar tidak sadar,
kami menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi. Terkadang kami
merasa kedua orang tua kami ribut karena kehadiran kami. Bahkan kami pernah berpikir
bahwa semua ini salah kami, dan tak seharusnya kami lahir di dunia ini.
5. Kami takut untuk pulang
Terkadang, kami menjadi begitu
takut bahkan sudah malas untuk pulang ke rumah. Kami menemukan rumah kami sendiri
di tempat lain, di sekolah, komunitas, tempat nongkrong, bahkan rumah orang
lain. Kami menemukan keluarga kami sendiri. Keluarga tanpa hubungan darah yang
faktanya lebih harmonis daripada keluarga kami di ‘rumah’. Bersama sahabat kami,
guru, atau siapapun. Jadi sebisa mungkin kami pulang ke ‘rumah’ tidak begitu
cepat.
6. Kami cenderung merasa iri
Setiap anak pasti pernah
merasakan yang namanya iri hati, tak terkecuali anak-anak yang berasal dari
keluarga broken home. Sebagai anak yang tidak memiliki keluarga yang utuh,
mereka tentu iri dengan hal tersebut. Melihat foto keluarga yang terpampang
rapih di rumah temannya, memandangi temannya yang sedang digandeng oleh ayah dan ibunya. Terus, dan terus memandanginya dalam diam. Namun, hati kecil mereka tidak bisa berbohong. Jauh di lubuk hatinya mereka menangis, berharap
bahwa hal itu bisa terjadi juga pada dirinya.
7. Kami cenderung mampu membaca orang
Berada dalam situasi yang sering kami alami di rumah, secara tidak sadar membuat kami mampu membaca orang layaknya membaca buku. Kami memahami ciri-ciri orang yang bersifat buruk karena kami sudah terlalu sering bertemu dan mengalaminya di rumah. Kami cenderung mampu membedakan mereka yang baik bagi hidup kami dan mereka yang tidak.
8. Kami menjadi sangat overprotective terhadap orang yang kami cintai
Beberapa dari kami melindungi orang yang kami cintai dari rasa sakit yang mana juga kami alami sendiri. Karena kami memiliki tekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh kedua orang tua kami. Kami menjadi sangat rentan terhadap pertengkaran.
9. Kami benci disuruh memilih
Dalam beberapa kasus, broken home berakhir dengan perceraian. Bagi anak-anak broken home, perceraian merupakan hal yang paling tidak mengenakkan. Lagipula siapa yang tidak sedih melihat kedua orang tuanya berpisah? Dan satu hal yang tidak bisa dihindari lagi adalah memilih mau ikut ayah atau ibu. Kami mencintai keduanya dan kami tidak bisa memilih diantara mereka. Bukankah bagi anak, ayah dan ibu merupakan sosok yang dua-duanya kami butuhkan? sosok yang dua-duanya kami jadikan panutan dalam hidup? Bukankah ayah dan ibu merupakan sayap yang mampu membuat kita terbang tinggi? Lantas, apa jadinya jika salah satu sayap itu pergi?
10. Kami benci adanya orang 'baru' dalam hidup kami
Setelah perceraian, banyak orang tua yang memutuskan akan menikah lagi. Karena memang faktanya, hampir semua kasus broken home terjadi karena adanya perselingkuhan. Dan kami, orang-orang yang tumbuh dalam keluarga broken home, tidak menyukai adanya orang 'baru' dalam hidup kami. Apalagi jika orang tersebut merupakan sebab dari perceraian orang tua kami. Karena tidak ada yang tahu seperti apa sifat aslinya, bagaimana nantinya ia memperlakukan kami setelah lama menikah, bagaimana ia di depan orang tua kami dan di belakang orang tua kami. Mungkin ini tidak semua setuju. Sebagian ada yang bisa menerimanya dan sebagian tidak. Karena gue juga yakin, tidak semua orang jahat dan tidak semua orang baik. Namun, tidak peduli seberapa sayangnya orang 'baru' tersebut terhadap kami, tidak ada yang bisa menggantikan sosok ayah dan ibu kami.11. Kami benar-benar merasa muak
12. Kami mengerti bahwa hidup sangat rentan dan mudah retak
Layaknya gelas yang dapat pecah, kertas yang dapat sobek, atau bahkan balon yang dapat meledak, hidup juga
bisa hancur. Hanya dengan satu tusukan jarum saja, hidup kami bisa hancur
berkeping-berkeping. Kami menjadi sangat, bahkan terlalu berhati-hati karena
kami tidak mau salah langkah dan menyesalinya.
13. Namun kami berusaha untuk menyatukan retakan tersebut
Anak-anak yang lahir dalam keluarga broken home sangat mengerti bahwa hidupnya memang telah retak. Hidupnya telah hancur dan berserakan dimana-mana. Namun mereka akan mencari retakan tersebut lalu menyatukannya kembali. Mereka juga tahu, apa yang telah retak tidak akan sama kembali. Namun, mereka yakin bahwa
14. Kami benar-benar berusaha untuk menjadi lebih baik
Pengalaman-pengalaman
pahit yang kami alami di masa lalu membuat kami trauma. Sebisa mungkin kami
menghindari rasa sakit itu lagi. Orang-orang yang tumbuh dalam keluarga broken
home cenderung memiliki pikirian yang lebih dewasa dibanding anak-anak lainnya.
Mereka mengerti rasa sakit, mereka mengerti kehampaan, bahkan mereka sudah melihat
sisi gelap keluarganya. Tak hanya sekali, tapi berkali-berkali. Namun, yang
paling penting adalah mereka tidak ingin semua hal itu terjadi lagi dalam
keluarga barunya kelak. Mereka tidak ingin anak-anaknya nanti merasakan apa
yang mereka rasakan.
"Broken home doesn’t mean broken hope. Dalam
hati kecilnya, mereka tahu bahwa mereka masih memiliki harapan.
If they come from broken home, doesn't mean they're broken too.
Karena menjadi broken home bukan alasan untuk melepas mimpi.
Dan menjadi broken home bukan berarti hancur semuanya."
Karena menjadi broken home bukan alasan untuk melepas mimpi.
Dan menjadi broken home bukan berarti hancur semuanya."
Me too
BalasHapusHalo, seneng bisa berbagi. Remember, you are not alone :)
BalasHapusapa yang bisa kita lakukan saat ingatan ingatan tentang masa lalu itu muncul saat kita berada di lingkungan kita,apa tindakan kita untukmengatasi trauma dengan hal di masa lalu
BalasHapusitu?
85% sudah saya rasakan. Terkadang semua itu terasa seperti mimpi buruk yg datang berulang"
BalasHapus85% sudah saya rasakan. Terkadang semua itu terasa seperti mimpi buruk yg datang berulang"
BalasHapuswe're not alone :) apalah daya dari kelas 3 sd ortu bercerai. walaupun saya sdh kuliah tp mimpi buruknya selalu teringat
BalasHapusApalah daya ku dari sebelum sekolah sudah mengalami hal seindah itu:)
HapusKita sama:)
HapusSama aku pun merasakan semua yang ada disini.. Sejak aku bayi aku lngsung di toyopkan ke nenek. Mama papa sibuk kerja. Smpe aku SD Mlah merka cerai
BalasHapus..papa ninggalin aku trus nikah lg sama janda gatel dan akhirnya melupakan aku sampai aku kuliah skrg papa nda pernah mau kasih nafkahh.. Aku iri sama semua teman teman yg punya kluarga lengkap :(
kisahku hampir sama dengan kisahmu. kita ambil sisi baiknya saja, seburuk-buruknya ayah kita, beilau tetap ayah kita. doakan selalu kedua orang tua mu agar sadar akan keberadaanmu. urusan ayahmu tidak menafkahimu itu urusan dia dengan Tuhan. semoga orang-orang korban broken home seperti kita selalu diberi ketabahan dan kekuatan walau hal ini selalu menghantui sampai kita dewasa. dari sini kita tahu bagaimana harus bertindak dan bersikap. semangat, hidup baru saja dimulai
HapusI really do know what that's all feels. Semua serasa serba salah, dan berpikir bahwa saya adalah penyebab semuanya. Hal itu membuatbsaya merasa tidak ada gunanya saya hidup. Dan bahkan sering beberapa kali berpikir untuk bunuh diri. Saya berpikir mungkin kalau saya seorang atheis, saya tidak akan ragu melakukan hal itu.
BalasHapusHanya orang yang kuat yang bisa menerima semua ke adaan itu, terkadang orang yang selalu mencela kita biasa memandang sebelah mata pada hidup kita tpi merekapun tidak mau seperti hidup kita :)) betapa aneh hidup ini. Disuruh mengerti tapi tidak ada yang mau ngerti !
BalasHapusPadahal kejadiannya kelas 4 sd, tapi sampai skrg masih membekas😭
BalasHapusapa ada yang sudah menikah ?
BalasHapusapa prasaan" yang di atas di sebutkn bisa hilng
rasa nya smpe dwasa membekas
Tidak bisa hilang.
Hapusdan saat menikah kita bertengkar dengan pasangan memory itu makin kuat.
Ok ini BENERAN TERJADI sama gw, dan tulisan ini bikin gw nangis lg keinget semua yg dulu baik2 aja tau2nya sekarang udah beda keluarga, beda lagi hidupnya, beda lagi rasanya. Gw kangen terakhir ketemu sama2 pas wisuda sd, trs mama lgsg pergi. Gw iri sama teman2 gw semuanya. Iri dan membekas dihati.
BalasHapusKeinget sedih yang dalem ketika sd sampe sma liat temen" di anter sama ortu dan apalah daya cuma bisa ngeliatin doang:)
BalasHapusIyaa aku jg ngerasakan ini...nyesekk kann
HapusBut it's so hurt.
BalasHapusKetika suara piring di lempar,pintu di banting,tak kenal waktu.entah itu pagi sore maupun malam. Kegaduhan selalu membuat gw bangun jam 2. Dan saat itu gw langsung merenung dan melihat pertengkaran antara dua orang yang gw cintai.Walaupun dalam hati gw sangat benci mereka karena mereka membuat masa indah masa kecil gw hilang di tengah masyarakat.Tapi,itu adalah orang tua gw dan gw selalu berpikir,mungkin allah memberikan cobaan ini pasti ada hikmahnya.Karena itu,walau dibully,diacuhkan oleh orang-orang.Anak broken home ini akan tetap berjuang melawan dunia.dan buktikan kpd mereka yang mengacuhkan kita karena keluarga menjadi tak menyangka.karena seorang broken home bisa jadi anak pada umumnya.
BalasHapus❤hugvirtual, smngtt,!!
HapusSia²
BalasHapusSemangattt yaa temen2...kita brjuang untuk mrubah hdup kita jdi lbih baik..Biar broken home tapi tidak broken future.
BalasHapusnyesek setiap hari
BalasHapusaku banget, sampek takut nikah li aku😫😫
BalasHapusSemuanya yang terjadi pada ku dulu, semua masih terekam jelas sampai hari ini. Semua terasa menyakitkan, saya ingin lupa ingatan tentang rasa sakit yang terjadi pada keluarga saya. Saya tidak tau apakah masih pantas menyebut ini keluarga. Saya sering bermimpi buruk, saya tidak bisa tidur karna trauma yang efeknya masih melekat pada hati ku. Saya selalu berpikir dari sekian banyak org kenpa harus saya yang lahir dari keluarga ini. Malam ini saya tidak bisa tidur dan akhirnya mencari tulisan yang bisa mengerti perasaan saya. Semua yang ada dalam tulisan saya mengalaminya. Saya tidak pandai bercerita tidak pandai mengekspresikan perasaan saya. Saya merasa iri dengan keluarga teman² saya yang lengkap dan harmonis. Saya baru sadar tentang foto keluarga, saya tidak punya itu. Menyesakkan sekali, memilukan. Walaupun saya bercerita tidak ada yang akan mengerti perasaan saya. Saya lelah sekali, ketika rumah adalah tempat untuk pulang bagi org lain, itu tidak terjadi pada saya. Saya takut menikah, saya takut jatuh cinta, saya takut akan banyak hal. Tulisan ini membuat saya tau bahwa saya tidak merasakan itu semua sendirian. Saya ingin lebih baik.
HapusGw anak tunggal, ortu gw cerai wktu gw msih kls 1 SMA, tapi gw tetap santuy, skuyliving , enjoyfull aja,duit kadang seadanya kadang lebih gw syukuri, bokap kawin lg gw malah deket sm istri baru dan anak angkat bokap gw mskpn kadang mrka ga respon gw dgn baik, sm nyokap dan pcar nyokap gw jga gw deket, gw bersyukur men ortu gw msih hidup, mau ke nyokap santuy, mw ke bokap santai, gw ga iri liat temen atau saudara gw holiday atw ibadah bareng ortu mrka, jstru gw prihatin sm temen gw yg bokap atw nyokapny udh meninggal, broken home tidak mempengarahui hidup gw, gw bersyukur punya bnyak temen dan pacar yg bs nrima gw, gw tetep jalani hidup gw dgn normal, berskyur gw pnya hobi, gw pnya prisip klo ortu gw lebih bahgia cerai atau nikah sm orang lain its okay drpd mrka tetep nyatu tapi mrka ga bahgia, kebahagiaan gw ga cm berpatokan di ortu gw yg kudu nyatu terus, bnyak hal lain yg justru bkin gw bahagia, memang sakit boy pertama kli dnger ortu gw cerai, apalg gw anak tunggal, tp kesakitan itu sembuh dlam wktu 3 hari krna gw bljar mnrima situasi yg ada baik atau buruk dan brni menjalani hidup gw dgn santuy dan skuyliving mskon tantangan kehidupan hrus gw jalani, gw gamau terpuruk krna percerain ortu gw, ga ga mabok gw narkoba, gw ga takut menghadapi percintaan atau orang" baru, justru gw seneng pnya bnyak kenalan baru yg bisa nambah wawasan gw , so bagi kalian yg terpuruk dan ga bsa bangkit krna percerain lu itu lemah, ga guna lu idup kampang,percerain ga bs jd alasan utk klian menjadi seorang pecundang, smua ada dlam diri lu sndri mau bhgia atau trpuruk
BalasHapusBagiamana rasanya sesantai itu? Dan bagaimana rasanya memanggil ayah dan ibu sama orang tua kandung? A
BalasHapusYa itu betul,ak jauh jauh hari sudah bertekad bahwa aku ga ingin kelak keluarga aku sama seperti yg sekarang ini. Aku harus bisa mencukupi semuanya, krna keluarga w hancur krna fajtor ekonomi. W janji sama diri w senriri klw w harus bisa sukses dan itu harus terjadi, sebelum w mw nikah atau membangun rumah tangga kelak
BalasHapuskalau ortu selalu cekcok mulut (no kekerasan fisik), sama sama keras kepala, disatu sisi suka emosi dan yg satu suka nyinyir (akupun jdi stress sendiri). Apakah itu termasuk broken home?
BalasHapusKita sama, bahkan gw selalu dgerin itu setiap jam, stress gw
HapusAyo pahami lebih dalam cara mengatasi broken home:
BalasHapushttps://satupersen.net/blog/broken-home-bagaimana-menghadapinya?utm_source=google&utm_medium=Blog&utm_campaign=Blog_BrokenHome
95% sudah saya rasakan,sampai aku muak dengan kehidupan ku yg tidak ada perubahanya ,karenaa ayahku aku tidak bisa merasakan kebahagiaan,ia merasa selalu benar,namun bagaimanapun juga ia tetap ayahku, bersyukur lh kalian yg mempunyai ayah yg menyanyangi kalian walaupun keinginan kalian tidak terpenuhi.
BalasHapus