2016.

Sajak, 2016, sajak 2016, surat sajak, sajak liar


Halo, 2016
Bagaimana kabarmu?
Ku harap kau baik-baik saja.
Karena hanya aku yang boleh melukai mu.

Hei, 2016
Dari awal, aku tidak pernah siap dengan kedatanganmu.
Tidak, sebenarnya aku siap. 2015 telah membantuku menyusun segalanya saat aku bertemu denganmu.
Sebab aku pernah mengucap janji padanya.
Janji yang saat itu sengaja kami buat agar aku tidak terikat.
Namun, aku tertipu dan tertutupi abu.
Sekedar mampir hanya untuk melintasi waktu.
Karena itulah semuanya terasa semu.

Hei, 2016
Izinkan aku bercerita sedikit tentang dirinya. Ku harap kau tidak marah.
Dia yang menendangku keluar dari lingkunganku. Namun, Dia juga yang mengantarku kepada lingkungan yang baru.
Dia yang menelantarkanku, juga memberiku tempat yang baru.
Dia yang membuang keluargaku dan menggantikannya dengan yang baru.
Aku tak paham dengannya. Kau pun pasti begitu.
Tapi itu lah yang terjadi. Seperti dirimu, Dia lah yang mengubah segalanya.
Kau boleh saja tak percaya. Namun, seperti itulah kenyataannya.

Kau tahu? Keluarga yang diberikan Dia kepadaku ternyata sudah memiliki nama, jauh sebelum aku bertemu dengan mereka.
Itu merupakan kali pertama aku tak perlu repot-repot memberi nama pada setiap hal baru yang aku temui.
Oh, tak hanya itu. Dia juga memberiku satu keluarga lagi.
Lucu ya, bagaimana aku mempunyai keluarga yang berbeda di waktu yang bersamaan.
Kau tahu? Aku sempat ingin menyatukan keduanya. Namun, kurasa itu mustahil.
Sebab mereka takkan menyukainya. Begitu juga aku.
Biarlah, seperti ini juga tak apa. Selagi aku masih bisa menikmatinya.

Kini keadaan telah berubah.
Dia telah menghadirkan sosok-sosok baru untukku.
Lalu kamu datang dan menjauhkanku dari mereka.
Dia pernah berkata bahwa meski kamu datang untuk memisahkanku, percayalah, mereka akan selalu ada untukku.
Adalah benar berkata seperti itu.
Sebab mereka memang begitu, selalu ada untukku.
Entah itu di dalam pesan singkatku, daftar pertemanan media sosialku, atau foto-foto yang terpajang rapih di dinding-dinding kamarku.
Namun, di sisi lain, mereka memudar seiring berjalannya waktu.
Lucu ya bagaimana kita bisa bertemu, namun tumbuh berpisah jalan.

Hei, 2016
Aku memang tak pandai bersajak.
Karena mungkin aku adalah budak pada harapanku yang tak pernah memihak.
Tapi izinkan aku untuk menyampaikan salam padanya.
Katakan bahwa aku merindukannya.

Hei, 2016
Kini Dia telah pergi.
Semua tentang dirinya telah pergi.
Hanya kenangan-kenangan dari dirinyalah yang enggan untuk pergi.
Ku harap kau dapat menemuinya. Tidak, kau harus bertemu dengannya.
Karena dialah yang memberiku suka.
Tidak sepertimu yang hanya meninggalkan luka.


Ruang Rindu, Januari 2016
-Gregoby

0 komentar:

Posting Komentar

 

Main-main ke twitter gue juga ya!

Gregoby: Blogger paruh waktu

Gregoby adalah blog manusia modern yang hidupnya masih nomaden. Dikelola langsung sama orang paling keren di keluarganya. Lahir di Jakarta, orang tua dari Jawa, tapi biasa dikira "Orang Ambon."

Sesuai tajuk, Gregoby juga dapat berfungsi sebagai blogger paruh waktu. Sehingga jadwal menulis tidak dapat ditentukan dan tidak ada batasan isu di dalam tulisan, semua tergantung moment, peristiwa, fenomena terhadap nomena, arah mata angin, atau bahkan isu global.

Kalo ketemu di jalan, sapa aja. Orangnya ramah banget kok, dipanggil ganteng aja nengok.

Bacanya dari kiri ke kanan ya. Happy Reading!
Enjoy!

Contact Person

Nama

Email *

Pesan *